
Keutamaan Ilmu Bagian 2
فَانْظُرْ كَيْفَ بَدَأَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِنَفْسِهِ , وَثَنَّى بِالْمَلَائِكَةِ , وَثَلَّثَ بِأَهْلِ الْعِلْمِ ، وَنَاهِيكَ بِهَذَا شَرَفًا وَفَضْلًا وَجَلَاءً وَنُبْلًا ،
Maka perhatikanlah bagaimana Allah SWT memulai (kesaksian) dengan diri-Nya sendiri, kemudian menyebut para malaikat sebagai saksi kedua, dan ketiga dengan ahli ilmu,
Cukuplah ini sebagai kemuliaan, keutamaan, kejelasan, dan kebanggaan (bagi orang berilmu),
———
Penjelasan,
1. Makna Kalimat,
(Fa-unzhur kayfa bada’a), perintah untuk merenungkan cara Allah menyusun kesaksian tauhid secara bertahap,
Kata كَيْفَ menekankan keindahan struktur penyusunan ini,
(Bi-nafsih), Allah sebagai saksi pertama atas keesaan-Nya, menunjukkan otoritas mutlak (QS. Ali Imran : 18),
(Wa thanna bil-mala’ikah), malaikat sebagai saksi kedua, karena mereka makhluk paling dekat dengan Allah,
Tasniyah (pengulangan kedua) menunjukkan konsistensi kebenaran,
(Wa thallatha bi-ahli al-‘ilm), ulama/ahli ilmu sebagai saksi ketiga, karena mereka memahami bukti tauhid,
Tatslits (pengulangan ketiga) menegaskan universalitas kebenaran,
(Wa nahika bi-hadha syarafan), cukuplah ini sebagai kemuliaan,
Kesaksian Allah, malaikat, dan ulama adalah bukti tertinggi,
Kata نَاهِيكَ berarti cukuplah bagimu, menunjukkan kesempurnaan argumen,
2. Kandungan Makna,
Hierarki Kesaksian Tauhid, Allah (Saksi Mutlak), Malaikat (Saksi Gaib), dan Ahli Ilmu (Saksi Nyata di Dunia),
Keutamaan Ahli Ilmu, disejajarkan dengan kesaksian Allah dan malaikat,
Tugas ulama, meneruskan kesaksian tauhid kepada manusia (QS. Al-Hajj : 54),
3. Tafsir Ulama,
Ibnu Qayyim, Allah memulai dengan diri-Nya karena Dialah sumber kebenaran, lalu malaikat sebagai makhluk suci, lalu ahli ilmu sebagai penerang di bumi,
Al-Qurthubi, ini adalah kemuliaan terbesar bagi ahli ilmu, karena Allah menggandengkan kesaksian mereka dengan kesaksian-Nya dan malaikat,
Ayat dan penjelasannya mengajarkan,
Kredibilitas tauhid didukung oleh tiga saksi utama,
Tanggung jawab ulama untuk menjaga kemurnian akidah,
Ilmu adalah kemuliaan yang diakui langit dan bumi,
Referensi,
Miftah Dar as-Sa’adah (Ibnu Qayyim), Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Al-Qurthubi), dan Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir (Ibn Ashur)
————