Oleh : Eli Mahmuda, S.Pd. (Ustadzah Muda)
Memberikan ke anak tentu dengan tujuan baik, agar anak semangat belajar, anak mematuhi perintah
orangtua, anak berubah menjadi lebih baik, dan lainnya. Tapi, terus-terusan memberikan hadiah ke
anak mungkin dapat berdampak pada kehidupan anak. Baik atau tidak, kira-kira?
Pemberianhadiah bagi anak bisa menjadi obat, bisa juga menjadi racun. Pemberian hadiah yang tidak
sesuai dengan dosis yang di butuhkan anak akan menjadi tidak efektif. Kekurangan atau kelebihan dosis
pemberian hadiah bisa jadi membuatnya kehilangan fungsi atau obat dan bahkan bisa berubah menjadi
racun yang justru semakin merusak kepribadian anak. Contoh, Seorang ayah yang suka menjanjikan
hadiah kepada anaknya yang berhasil berpuasa sampai maghrib, namun pemberian hadiah tersebut
akhirnya justru memotivasi si anak untuk berbohong pada ayahnya.
- Kapan hadiah diberikan kepada anak
Hadiah atau reward dapat membantu orangtua dalam memotivasi anaknya untuk melakukan sesuatu yang belum mereka capai. Juga, dapat membantu dalam mengubah perilaku anak ke arah yang lebih positif atau membentuk kebiasaan baik anak. Mulai dari hal kecil, seperti membereskan tempat tidur di pagi hari, mencuci piring setelah makan, selalu sikat gigi sebelum tidur, sampai pada prestasi anak di sekolah.
- Prinsip-prinsip pemberian hadiah
Pemberian hadiah tak hanya sekadar benda untuk anak, tapi lebih dari itu. Ini merupakan sebuah bentuk penghargaan dari orangtua kepada anaknya. Untuk itu, saat memberikan hadiah ke anak, kita perlu memberitahu anak tentang apa yang ia lakukan dan mengapa ia menerima hadiah ini. Dengan begitu, anak tahu bahwa ia telah melakukan hal yang baik dan yang kita sukai. Hadiah juga dapat mengeratkan hubungan dengan anak.
1. Harus ada batasnya
Proses ini cukup difungsikan hingga tahapan menumbuhkan kebiasaan saja. Manakala
anak telah dirasa memiliki pembiasaan yang cukup, maka pemberian harus diakhiri.
Dalam hal ini pemberhentian memberikan hadiah harus di sampaikan dan di yakinkan ke anak.
2. Paling baik berupa perhatian
Alternatif bentuk hadiah yang terbaik ternyata bukan rupa materi, tetapi berupa perhatian baik verbal maupun fisik Perhatian verbal berupa : komentar-komentar/ pujian Subhanallah, Alhamdulillah, Luar biasa. Perhatian fisik berupa : pelukan, elusan di kepala, acungan jempol
3. Hati-hati dengan uang
Hadiah berupa uang justru lebih banyak memiliki faktor negatif. Persoalannya benda
yang namanya uang benar-benar dirasakan sebagai benda ajaib.
Pemberian hadiah berupa uang masih boleh dilakukan sepanjang orang tua dan pendidik
menyertai pemberian tersebut dengan bimbingan dan arahan agar anak mampu mengelola uangnya
tersebut dengan baik.
4. Di standarkan pada proses bukan hasil
Dalam hal ini proses lebih penting daripada hasil, karena kita perlu tahu proses
pembelajarannya yaitu usaha yang di lakukan anak adalah lahan perjuangan anak yang
sebenarnya.Kalau kita lebih mengutamakan hasil dan tidak mempermasalahkan proses
pencapaian tersebut dilakukan secara benar atau salah, secara halal atau haram.
5. Di musyawarahkan kesepakatannya
Pemberian hadiah bisa di musyawarahkan dengan anak. Beri kesempatan anak untuk
memilih hadiah yang di inginkan.