KETIKA ALLAH MEMBAYAR HUTANG RUMAH SAKIT BAPAK KU

Cerpen Oleh : Umi Rahmawati (Ustadzah Umi)

Keluar masuk rumah sakit merupakan hal biasa bagi bapakku. Namun ketika musim pandemi Corona merupakan hal berat buat bapak dan aku yang mendampingi bapak. Saat awal Corona tahun 2020 muncul di Indonesia nyaris bapak tidak kerumah sakit karena aku takut akan kondisi bapak yang komorbit. Akhirnya aku pilih pengobatan dengan  dokter via online dan pembelian obat dan biaya dokter ditanggung sendiri tidak mengunakan BPJS.

Pandemi serasa seperti terror pada saat itu. Seseorang yang akan berobat ke rumah sakit merasa takut. Namun beberapa bulan berobat secara online kondisi bapak agak menurun. Karena tidak tahu harus berbu berbuat apa akhirnya kuputuskan untuk membawa ke Rumah Sakit Islam swasta di kotaku. Rumah sakit ini sebenarnya bukan yang biasanya dibuat kontrol berobat bapak, tapi aku memilihnya karena menurut info dari tetanggaku pasien covid tidak terlalu banyak. Akhirnya kuputuskan untuk membawa bapak ke sana.

Sesampainya di rumah sakit screning pertama adalah bapak menjalani rapit tes. Dan hasilnya reaktif. Meskipun menurut informasi saat itu rapit tes yang n\positif belum tentu pasiedn menderita Corona. Tetapi prosedur rumah salit pasien yang reaktif harus masuk ruang isolasi.  Aku menuruti prosedur rumah sakit. Akhirnya bapak masuk ruang isolasi. Kami hanya bisa komunikasi lewat video call. Aku pun hanya bisa melihat bapak Dari kaca yang agak jauh. Aku berpesan ke perawat bila adzan sudah tiba untuk mengingatkan bapak sholat. Tiga hari kemudian tepatnya pukul setengah dua pagi aku dpt info dr rumah sakit kalau bapak kritis. Aku dan anakkupun langsung menuju ke sana ..ya..kami cuma berdua..sesampai di sana ternyata bapak sudah meninggal. Yah, bagaimana lagi. “ Ya Allah aku sudah berusaha merawat bapak semampuku. Bila ada kekurangan dan kesalahanku, aku mohon ampun. “ kataku lirih. 

Setelah itu akupun berbagi tugas dgn anakku. Maklumlah kami hanya bertiga di rumah. Ibu dan suamiku sudah meninggal. Aku sendiri tak memiliki saudara dan anakku hanya satu.

 Aku pulang untuk menghubungi pak RT dan keluarga sedang anakku msh dirumah sakit untuk menunggu. Saat aku kembali kerumah sakit aku melihat anakku menangis di sudut rumah sakit dan dia bercerita kami harus mengganti biaya rumah sakit yang menurutku lumayan besar. Aku bertanya kepada perawat akhirnya perawatpun menjelaskan kalau hasil pemeriksaan paru paru bapak bersih tidak ada di flek dan hasil swab negative. Bapak meninggal di usia 76 tahun dengan deteksi Gagal Jantung dan dinyatakan NEGATIF COVID. Karena negative maka pasien harus  mengganti biaya perawatan karena masuk katagori pasien umum.

Grubyak…saat aku tahu kwitansi yang harus kubayar. Saat itu aku hanya membawa uang beberapa juta tapi ternyata masih kurang. Aku dan anakku hanya bisa saling menatap dan menangis. Anakku pun dengan terpaksa menghubungi pamannya untuk meminjam uang untuk melunasi biaya rumah sakit. Setelah administrasi selesai aku minta tolong pak ustad untuk memandikan jenazah bapak .singkat cerita bapakpun dipulangkan kerumah lalu dibawa ke masjid tempat biasanya bapak sholat jamaah dan akhirnya dimakamkan di samping ibuku.

Selesai pemakaman aku bingung mikirkan hutang. Malam itu aku dalam sholat aku menangis kubaca doa pelunas hutang yang pernah aku mengaji dari seorang kiai yang biasanya aku sering mendengarkan taklim di pondoknya. Doa ini adalah doa yang diajarkan Rosululloh untuk ummatnya saat memiliki hutang segunung. “Yaa Allah cukupilah aku dengan kehalalanmu bukan keharamanmu. Dan cukupilan aku dengan karunia bukan dari selainMu. Sambil berlinang air mata aku memohon pada Allah dan kubaca terus-menerus dalam tahajud malamku. Karena saat itu aku ngeblank masih mikir caranya melunasi hutang.

Banyak orang yang takziah ke rumah padahal saat itu masih masa pandemi. Aku sendiri tidak mengerti kok begitu banyak orang yang datang untuk bertakziah. Dan banyak diantara mereka orang diluar warga RTku. Satu RT dirumahku sangat sedikit hanya sekitar 35 Kepala Keluarga. Aku banyak tidak ingat siapa saja orang-orang yang datang ke rumahku karena saat itu aku sibuk.

Selesai pemakaman aku dan anakku mulai menata hidup lagi. Masha Allah, saat aku berkeinginan melusnasi hutang ternyata Allah memberikan pertolongan. Ternyata keesokan harinya pada hari Minggu uang sudah terkumpul. Dan besoknya kamipun segera ke rumah paman untuk membayar hutang. Anehnya uang itu rasanya PAS sesuai hutang yang kumiliki. Ya karena saat itu permohonanku agar Allah melunasi hutangku. Alhamdulillah.. Hanya dalam hitungan sehari hutang pun lunas. Sabtu pagi aku berhutang Senin aku bayar. Semua karena Allah. Hutang yang besar menurutku. Seandainya aku pinjam dibank mungkin akan lunas setalah 3 tahun mencicil. Tapi Allah maha Kaya tanpa tandingan. Tak habis hartanya bila diminta hambanya.  Alhamdulillah kamipun terbebas dari hutang. Meskipun begitu aku juga memohon pada Allah agar terhindar dari lilitan hutang.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.